Perkenalkan Budaya Palestina, Bethlehem Lajee Center Gelar Tur di Eropa

ADSENSE Link Ads 200 x 90
ADSENSE 336 x 280
SINYAL ISLAM-The Lajee Center Bethlehem, Pusat Seni Budaya Palestina melakukan tur budaya pertama kalinya di ibukota Inggris London pada Kamis pekan ini, sebelum melanjutkan ke kota-kota lain di Inggris, Irlandia, dan Skotlandia, lansir Maannews, Jumat (8/7/2016).



Tur ini merupakan bagian dari perjalanan tahunan yang digagas oleh 21 pemuda Palestina. Mereka menampilkan budaya, fotografi, dan pameran seni di Eropa, selain dokumenter yang bertujuan mempublikasikan upaya perjuangan Palestina ke seluruh dunia.

Salah Ajarmeh, kepala Lajee Center di kamp pengungsi Aida, mengatakan bahwa tur selama 20 hari itu berfokus pada upaya memperjuangkan hak-hak rakyat Palestina untuk hidup.

Tur ini diselenggarakan bekerjasama dengan aktivis internasional dan lembaga-lembaga yang mendukung dan percaya pada Palestina, kata Ajarmeh.

Kepala departemen Humas pusat Muhammad al-Azraq, menyampaikan pidato di depan parlemen Inggris mengenai hak-hak dasar Palestina, menentukan nasib sendiri dan mengomentari tanggung jawab historis Inggris sebagai penyebab keadaan saat ini di Palestina.

Kepala departemen media pusat Muhammad al-Azzeh, membuka galeri foto berjudul “The Continuous Nakba,” menjelajahi kehidupan sehari-hari para pengungsi di kamp pengungsi Aida di Betlehem utara.

Al-Azzeh, seorang pengungsi Palestina yang keluarganya melarikan diri dari Beit Jibrin dekat Hebron dan sekarang menjadi penduduk Aida, mengatakan bahwa banyak warga Palestina di dalam dan di luar Palestina tidak menyadari penderitaan pengungsi Palestina.

Al-Azzeh menambahkan bahwa galeri tahunan itu ditujukan untuk menyampaikan penderitaan pengungsi Palestina, dan upaya untuk memberikan mereka keselamatan dan keamanan.

Al-Azzeh juga memperkenalkan sebuah film dokumenter, yang dibuat oleh Lajee, berjudul “Saya punya mimpi dalam hidup,” yang bercerita tentang seorang gadis berusia 11 tahun, Shahd Uweis, yang tinggal di kamp pengungsi Aida.

Melalui pengalaman Uweis, film dokumenter tersebut mengeksplorasi pengalaman anak-anak di dalam Aida, mekanisme system kekerasan yang terjadi serta kehidupan sehari-hari mereka.

“Inggris tidak akan menerima kondisi dimana anak-anak terancam bahaya setiap harinya, dan itu terjadi di Palestina,” kata al-Azzeh. “Lalu bagaimana hal tersebut bisa diterima oleh anak-anak Palestina? Bagaimana dunia internasional dan organisasi-organisasi dunia menerapkan standar ganda?”

Sumber : www.islampos.com
ADSENSE 336 x 280 dan ADSENSE Link Ads 200 x 90